Hacktiv8 baru saja menerima pendanaan Pra-Seri A senilai US$3 juta dari sejumlah investor yang dipimpin oleh East Ventures. Sovereign’s Capital, SMDV, Skystar Capital, Convergence Ventures, RMKB Ventures, Prasetia, serta Everhaus turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini untuk sekolah pemrograman berbentuk bootcamp yang berlokasi di Jakarta tersebut.
Hacktiv8 berencana menggunakan dana yang diraih untuk membangun lebih banyak kelas dan mulai menawarkan program Income Share Agreement (ISA). Program ISA memungkinkan siswa membayar biaya pendidikan mereka lewat perjanjian bagi hasil atas penghasilan yang akan mereka dapat setelah lulus dan bekerja. Besaran bagi hasil bisa disesuaikan dengan pendapatan alumni di perusahaan perekrut. Siswa yang terdaftar di ISA baru mulai membayar setelah pendapatan mereka telah melebihi jumlah tertentu, sedangkan mereka yang berhasil meraih pendapatan lebih tinggi tidak akan membayar lebih dari batasan tertentu. Model ini membuat siswa dan sekolah memiliki tujuan yang selaras.
“Jika lulusan kami mendapat gaji yang kompetitif, kami akan mendapat pengembalian investasi yang bagus,” kata Ronald Ishak, CEO Hacktiv8.
Didirikan pada tahun 2016 oleh Roland Ishak dan Riza Fahmi, Hacktiv8 menawarkan solusi program pembelajaran intensif bagi seorang pemula untuk menjadi pengembang aplikasi web yang siap pakai hanya dalam 12 minggu. Selama mengikuti program, peserta akan mempelajari JavaScript, Node.js, Vue.js, dan bahasa pemrograman React buatan Facebook’s React lewat ratusan latihan praktik.
Standar lulusan program Hacktiv8 diakui secara internasional melalui CIRR (Counsel on Integrity in Results Reporting), sebuah lembaga internasional yang mengaudit lulusan sekolah pemrograman. Hacktiv8 merupakan coding bootcamp pertama di Asia yang tergabung di dalamnya. Selain itu, Hacktiv8 memiliki lebih 250 perusahaan mitra yang siap merekrut alumninya.
Menurut Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah engineer yang rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
“Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah populasi yang besar, melainkan juga karena Indonesia hanya memiliki sedikit lulusan program studi STEM (science, technology, engineering, math). Untuk mengisi kebutuhan talenta yang tinggi dari ekonomi digital Indonesia, bootcamp pengembang seperti Hacktiv8 adalah solusi yang tercepat. Kami berharap agar Hacktiv8 bisa menjadi jalan keluar dari permasalahan ini dalam jangka panjang. Kami beruntung bisa turut mengambil bagian,” kata Willson.
SUMBER: East Ventures